KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karenadengan limpahan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Lubang Biopori yang
Ramah Lingkungan dalam Penyelamatan Lingkungan”.
Adapun
tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan tugas penelitian lubang resapan biopori di lingkungan Sekolah SMA
Negeri 3 Ciamis.
Dalam
penyelesaian laporan ini banyak pihak yang ikut memberikan bantuan baik
material maupun spiritual. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga segala
bantuan yang telah diberikan mendaparkan balasan dari Allah SWT.
Laporan
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Saran dan kritik tersebut
akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan makalah ini pada masa mendatang.
Harapan penulis semoga keberadaan makalah ini akan banyak memberikan manfaat bagi
para pembaca.
Ciamis,
15 Februari 2013
Penyusun
ABSTRAK
Banjir
yang terjadi pada awal tahun 2013 hampir merata terjadi di daerah pantai utara
pulau Jawa, khususnya di kota Jakarta. Hampir di setiap musim penghujan, banjir
menjadi tamu langganan di kota metropolitan tersebut. Banyak warga yang
menderita kerugian besar, akibat dari bencana tersebut. Untuk menantisipasi hal
itu, pemerintah sedang gencar-gencarnya menerapkan biopori di daerah
Metropolitas. Kerena jika tidak di lakukan tindakan apa-apa, dikhawatirkan
banjir akan semakin meluas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
seberapa besar manfaat biopori sebagai pencegah bahaya banjir yang di terapkan
di daerah rawan banjir. Manfaat dari penelitian ini adalah agar masyarakat
mengetahui manfaat dari biopori secara keseluruhan, tidak hanya sebagai
pencegah bahaya banjir saja. Hasil yang di dapatkan adalah pengetahuan secara
keseluruhan tentang biopori, manfaat dari penerapan biopori, perancangan lokasi
pemasangan biopori yang baik, dan juga perancangan pembuatan biopori yang
efektif.
Kata-kata kunci: banjir, biopori, daerah
Metropolitan.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR…...............................................................................I
ABSTRAK…................................................................................................II
DAFTAR ISI….............................................................................................III
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang….......................................................................IV
1.2 Rumusan Masalah…...................................................................V
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................V
1.4 Manfaat Penelitian…....................................................................V
1.5 Batasan Istilah…..........................................................................VI
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biopori…...............................................................1
2.2 Manfaat Biopori…..................................................................4
2.3 Perancangan Lokasi…............................................................7
2.4
Perancangan Pembuatan…......................................................8
2.5
Jumlah yang Disarankan….....................................................12
2.6 Biaya yang Dikeluarkan…......................................................13
2.7
Cara Pemeliharaan Biopori.....................................................13
BAB III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan…........................................................................14
3.2 Saran…..................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA…................................................................................15
DOKUMENTASI…......................................................................................17
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan air
sebagai salah satu modal dasar pembangunan nasional, harus dilaksanakan
sebaik-baiknya berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas pemanfaatan
yang optimal, yang dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara
seimbang.
Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan
menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu perilaku masyarakat yang
belum mendukung pelestarian tanah dan lingkungan menyebabkan terjadinya bencana alam banjir
pada musim penghujan.
Untuk menghindari
hal tersebut di atas perlu dilakukan upaya pelestarian lahan kritis, dan pengembangan
fungsi biopori terus ditingkatkan dan disempurnakan. Biopori pada lahan kritis
dimaksudkan untuk memulihkan kesuburan tanah, melindungi tata air, dan
kelestarian daya dukung lingkungan.
Dalam rangka
pemanfaatan sumber daya alam baik berupa tanah dan air perlu direncanakan dan
dikelola secara tepat melalui suatu sistem pengelolaan Lubang Resapan Biopori
(LRB). Salah satu upaya pokok dalam pengelolaan LRB adalah berupa pengaturan
keseimbangan pada lingkungan yang kurang daerah peresapan.
Dari aspek
perencanaan ditempuh melalui penyempurnaan pembuatan biopori di lingkungan
sekitar masyarakat. Di akspek inilah diharapkan akan dapat menjadi acuan
pelaksanaan pembuatan biopori oleh semua kalangan masyarakat. Biopori secara
umum, dapat mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang kurang lahan
peresapan air. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan biopori yang
secara rutuin akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat bermanfaat.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa
yang dimaksud dengan biopori?
2. Apa
saja manfaat yang didapatkan dari biopori untuk penyelamatan lingkungan?
3. Lokasi
manakah yang lebih efisien untuk pemasangan biopori?
4. Bagaimana
cara pembuatan biopori yang efisien dan efektif?
5. Berapa
jumlah biopori yang harus dibuat, agar terhindar dari bahaya banjir?
6. Berapa
biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan biopori?
7. Bagaimana
cara memelihara biopori agar tetap bagus?
1.3
TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah,
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui
pengaertian dari biopori
2. Mengetahui
manfaat yang didapatkan dari biopori untuk penyelamatan lingkungan
3. Mengetahui
lokasi yang lebih efisien untuk pemasangan biopori
4. Mengetahui
cara pembuatan biopori yang efisien dan efektif
5. Mengetahui
jumlah biopori yang disarankan
6. Mengetahui
biaya yang dikeluarkan dari pembuatan biopori
7. Mengetahui
cara memelihara biopori agar kondisinya tetap bagus
1.4
MANFAAT
PENELITIAN
Adapaun manfaat penelitian yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terketahuinya
pengertian dari biopori.
2. Terketahuinya
manfaat yang didapatkan dari biopori untuk penyelamatan lingkunagn.
3. Terketahuinya
lokasi yang lebih efisien untuk pemasagan biopori.
4. Terketahuinya
cara pembuatan biopori yang efisien dan efektif.
5. Terketahuinya
jumlah biopori yang disarankan.
6. Terketahuinya
biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan biopori.
7. Terketahuinya
cara memelihara biopori agar tetap bagus kondisinya.
1.5
BATASAN
ISTILAH
Dalam hal ini penulis menggunakan
kata ‘Biopori’ sebagai batasan istilah. Penulis memilih ‘Biopori’ sebagai
batasan istilah, karena sebagian besar masyarakat belum banyak yang mengetahui
dan memahami istilah tersebut. Oleh karena itu, untuk membahas masalah ini
penulis menggunakan tiga pandangan sebagai tinjauan untuk mendefinisikan arti
kata ‘Biopori’.
Bila ditinjau dari Kamus Besar
Bahasa Indonesia, istilah biopori masih belum ditemukan.
Sedangkan bila ditinjau dari asal
kata, biopori terdiri dari dua kata yaitu ‘bio’ yang berarti hidup dan ‘pori’
yaitu pori-pori yang bermanfaat(Plasa Teen, 2009).
Dan ada juga yang menyebut biopori
“mulsa vertical”, karena ini mengandalkan jasa hewan-hewan tanah seperti cacing
dan rayap untuk membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah
organik, sehingga air bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki(http://Lubang
Resapan Biopori « Yayasan Prana-Nasional Indonesia.htm/, diakses 31 Desember
2009).
BAB
II
PEMBAHASAN
Pembuatan lubang biopori merupakan
solusi teknologi ramah lingkungan untuk mengatasi ketersediaan air tanah dengan
memanfaatkan sampah organik melalui lubang kecil dalam tanah. Air dan sampah
adalah dua hal yang tidak akan lepas dari kehidupan makhluk hidup, termasuk
manusia. Setiap manusia setiap hari menghasilkan sampah dari aktifitas
hidupnya. Terkadang sampah menjadi sumber masalah pencemaran lingkungan,
padahal sampah mempunyai potensi besar dalam menyelamatkan lingkungan, jika diperlakukan
secara arif dan bijaksana. Sementara air, sangat penting bagi makhluk hidup.
Tanpa air, makhluk hidup akan mati. oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan
air dan sampah untuk melangsungkan kehidupan.
Pembuatan
biopori dapat dilakukan dimana saja, dengan ketersediaan tanah yang tidak
terlalu luas. Teknologi yang dikembangkan oleh Kamir (2006) ini sangat cocok
diterapkan di wilayah perkotaan yang tanahnya penuh bangunan sehingga
penyerapan air menjadi minim. Dengan memanfaatkan lubang kecil dan sampah
organik maka wilayah perkotaan yang terlihat kering dan gersang akan berubah
menjadi wilayah yang ramah lingkungan. Disamping itu, sampah organik yang
tersimpan didalam lubang, dapat dijadikan sebagai sumber penghasil kompos yang
dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.
2.1 PENGERTIAN
BIOPORI
Banyak orang yang belum mengetahui
arti, makna atau pengertian dari istilah ‘biopori’, tetapi ada juga yang sudah
paham arti dari istilah tersebut, dan
ada beberapa yang hanya sekedar tahu, tapi pemahamannya belum. Oleh karena itu,
penulis akan memaparkan pengertian dari istilah ‘biopori’ dalam berbagai
pendapat, yaitu:
1.
Biopori menurut Griya
(2008) lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme
dalam tanah seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang
tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan
tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah
melalui lubang tersebut.
2.
Ir. Kamir R. Brata, Msc
dari Institut Pertanian Bogor (2008)
menjelaskan biopori
adalah lubang sedalam 80-100cm dengan diameter 10-30 cm, dimaksudkan sebagi
lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke tanah.
Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan
air, yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan
demikian, mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat yang lebih
rendah, seperti Jakarta yang daya tampung airnya sudah sangat minim karena
tanahnya dipenuhi bangunan.
3.
Tim Biopori IPB (2007) menguraikan bahwa biopori adalah
lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas
organisma di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna
tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi
tempat berlalunya air di dalam tanah.
Diatas
adalah beberapa pendapat tentang pengertian dari ‘biopori’, untuk selanjutnya
penulis akan memaparkan tentang pengertian dari lubang biopori. Dalam hal ini,
banyak pendapat dari beberapa ahli mengenai ‘lubang biopori’. Untuk itu,
pembaca diharapkan bisa mencermati dan sekaligus memahami arti dari istilah
tersebut.
1.
Ir. Kamir R. Brata, Msc
dari Institut Pertanian Bogor (2009) telah mengartikan Lubang resapan biopori adalah
metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara
meningkatkan daya resap air pada tanah.
2.
Lubang biopori adalah lubang
yang dengan diameter 10 sampai 30 cm dengan panjang 30 sampai 100 cm yang
ditutupi sampah organik yang berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di
sekitarnya sehingga dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah,
tumbuhan di sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik
menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan (Anonim, 2008).
3. Menurut
Jhon Herf(2009), lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang silindris yang
dibuat ke dalam tanah dengan diameter sepuluh sampai dengan tiga puluh
sentimeter. Pada leaflet Biopori dijelaskan, kedalamannya sekitar seratus
sentimeter atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi sampah
organik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk
liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar
tanaman.
4. Bila
dilihat secara alami, lubang biopori adalah lubang-lubang kecil pada tanah yang
terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau pergerakan
akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur
mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air,
tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang
tersebut.(http://mengenal-dan-memanfaatkan-lubang-biopori.html/, diakses 31 Desember 2009).
5. Oasezam blog (2009) mendefinisikan biopori
adalah lubang sedalam 80-100cm dengan diameter 10-30 cm yang dimaksudkan
sebagai lubang resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke
tanah. Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi
genangan air, yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai.
Dengan demikian, mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat yang
lebih rendah, seperti Jakarta yang daya tampung airnya sudah sangat minim
karena tanahnya dipenuhi bangunan.
6. Lubang
Resapan Biopori menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:P.70/Menhut-II/2008/Tentang
Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan, adalah lubang-lubang di dalam
tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti
cacing, perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang
terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam
tanah.
Pengertian tentang ‘biopori’ dan ‘lubang biopori’ telah penulis
jelaskan dengan beberapa pendapat yang berbeda dari berbagai kalangan. Untuk
lebih memahami dari penjelasan diatas, penulis pada bagian ini akan menampilkan
beberapa gambar tentang biopori.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara
vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman sekitar 100
cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai
melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang diisi dengan sampah organik untuk
memicu terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang
(terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
2.2 MANFAAT
BIOPORI
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari biopori, bila kita
mau menerapkannya di lingkungan sekitar. Namun, hasil penerapan biopori akan
lebih memuaskan jika kita semua mau bergotong-royong untuk menerapkannya secara
bersama-sama di lingkungan. Semakin banyak yang menerapkan, maka semakin besar
manfaat yang kita peroleh. Dalam hal ini, penulis akan menyebutkan semua
manfaat dari diterapkannya biopori dalam lingkungan adalah sebagai berikut
1. Griya
(2008) menguraikan manfaat biopori sebagai berikut:
a. Mencegah
banjir
Banjir sendiri telah menjadi bencana
yang merugikan bagi warga Jakarta. Keberadaan lubang biopori dapat menjadi
jawaban dari masalah tersebut. Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap
bangunan di Jakarta memiliki biopori berarti jumlah air yang segera masuk ke
tanah tentu banyak pula dan dapat mencegah terjadinya banjir. Berkurangnya
ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya permukaan yang dapat meresapkan
air kedalam tanah di kawasan permukiman. Peningkatan jumlah air hujan yang
dibuang karena berkurangnya laju peresapan air kedalam tanah akan menyebabkan
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
b. Tempat
pembuangan sampah organic
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga
telah menjadi masalah tersendiri di kota Jakarta. Kita dapat pula membantu
mengurangi masalah ini dengan memisahkan sampah rumah tangga kita menjadi
sampah organik dan non organik. Untuk sampah organik dapat kita buang dalam
lubang biopori yang kita buat.
c. Menyuburkan
tanaman
Sampah organik yang kita buang di
lubang biopori merupakan makanan untuk organisme yang ada dalam tanah.
Organisme tersebut dapat membuat sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk
bagi tanaman di sekitarnya.
d. Meningkatkan
kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu membuat
samapah menjadi mineral-mineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya,
air tanah menjadi berkualitas karena mengandung mineral.
2. Sedangkan manfaat lubang resapan
biopori menurut Perpustakaan Online (2008) adalah:
a.
Memaksimalkan air yang meresap
ke dalam tanah sehingga menambah air tanah.
b.
Membuat kompos alami dari
sampah organik daripada dibakar.
c.
Mengurangi genangan air yang
menimbulkan penyakit.
d.
Mengurangi air hujan yang
dibuang percuma ke laut.
e.
Mengurangi resiko banjir di
musim hujan.
f.
Maksimalisasi peran dan
aktivitas flora dan fauna tanah.
g.
Mencegah terjadinya erosi tanah
dan bencana tanah longsor.
3. Tim
Biopori IPB (2009) menjelaskan keunggulan dan manfaat biopori sebagai berikut:
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara
a)
Meningkatkan daya resapan air
Kehadiran lubang
resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya
sebesar luas kolom atau dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang dibuat
dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah
sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain
suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang semula
mempunyai bidang resapan 78,5 cm 2 setelah dibuat lubang resapan
biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm 2.
Dengan adanya
aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan
senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu, bidang resapan ini akan
selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi
antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan
meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
b)
Mengubah sampah organik menjadi
kompos
Lubang resapan
biopori ‘diaktifkan’ dengan memberikan sampah organik kedalamnya. Sampah ini
akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan
kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini
dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti itu maka lubang resapan
biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga sekaligus berfungsi
sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos dapat dipanen pada setiap
periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada berbagai
jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi
mereka yang senang dengan budidaya tanaman atau sayuran organik maka kompos
dari LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk sayurannya.
c)
Memanfaatkan Peran aktivitas fauna tanah dan
akar tanaman
Seperti disebutkan di
atas, Lubang Resapan Biopori (LRB) diaktikan oleh organisme tanah, khususnya
fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan
menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan
"saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan memanfaatkan
aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut akan senantiasa
terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan peresapannya akan
tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya.
Hal ini tentunya akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor
manusia dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah
organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam lubang
akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak cepat diemisikan ke
atmosfer sebagai gas rumah kaca; berarti mengurangi pemanasan global dan
memelihara biodiversitas dalam tanah.
4. Jhon Herf (2008) dalam blognya menuliskan
sepuluh manfaat dari biopori, diantaranya adalah:
a. Memelihara
cadangan air tanah.
b. Mencegah terjadi keamblesan (subsidence) dan keretakan
tanah.
c. Menghambat intrusi air laut.
e. Mengubah sampah organik
menjadi kompos.
f. Meningkatkan kesuburan tanah.
g. Menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah.
h. Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya
genangan air seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah.
i. Mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan pencemaran
udara dan perairan.
j. Mengurang
emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan).
k. Serta mengurangi banjir, longsor, dan
kekeringan.
2.3
PERENCANAAN LOKASI
Dalam
hal perancangan pembuatan biopori, agar
kinetik kerja biopori lebih maksimal perlu tempat-tempat yang khusus dan tepat.
Jika kita menempatkan biopori ditempat yang tepat, maka biopori tersebut akan
lebih leluasa dalam segi kinerjanya dan
hasil yang kita terima pun akan lebih maksimal. Oleh karena itu, perlu
perhatikan secara cermat untuk memilih lokasi pemasangan biopori. Dalam sub-sub
bab ini, penulis akan menjelaskan pemilihan
tempat perancangan biopori dari beberapa sumber, yaitu:
1. Sumber
pertama menurut Perpus Online (2008)
dalam penjelasannya ada tiga
lokasi yang disarankan dan ketiga
lokasi itu juga disertai gambar yang mendukung. Inilah ketiga lokasi tersebut :
1. Pada
alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.
2.
Di sekeliling pohon.
3.
Pada tanah kosong antar tanaman atau batas tanaman.
2. Adapun
Persyaratan Lokasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia
/Nomor : P. 32/MENHUT-II/2009 /Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan
Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS), menyebutkan untuk setiap 100
lahan idealnya Lubang Resapan Biopori (LRB)
dibuat sebanyak 30 titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m. Dengan kedalam 100 cm
dan diameter 10 cm setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah. Sampah dapur
dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 15-30 hari, sementara sampah kebun
berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos dalam waktu 2-3 bulan.
2.4 PERENCANAAN
PEMBUATAN
Setelah
kita mengetahui pemahaman tentang biopori, manfaat apa saja yang dapat kita
peroleh dari penerapannya, dan lokasi perencanaan yang tepat untuk biopori.
Maka langkah terakhir yaitu kita tinggal mempraktekkan bagaimnan cara pembuatan
biopori yang disarankan oleh para ahli. Dari sinilah kita bisa tahu cara
pembuatannya secara langsung, karena penulis tidak hanya menggunakan kata atau
bahkan kalimat saja untuk menjelaskan cara pembuataannya. Tapi juga dengan
gambar, diharapkan dengan adanya gambar ini pembaca tidak terlalu mengalami
kesulitan dalam memahaminya, berikut beberapa sumber tentang perencanaan
pembuatan biopori:
1.
Proses pembuatan biopori (http://mengenal-dan-memanfaatkan-lubang-biopori.html/
diakses 31 Desember 2009), dibagi dalam 2 tahap, yaitu
a.
Tahap pembuatan
Membuat
lubang biopori bukan pekerjaan susah, hanya memang memerlukan daya yang cukup
besar. Kedalaman lubang yang disarankan adalah 80-100 cm, kedalaman yang
memungkinkan organisme pengurai bekerja dengan optimal. Sedangkan diameter yang
disarankan adalah 10-30 cm. Karena membuat di halaman rumah, maka 10 cm lebih
proporsional. Lalu menggali
lubang-lubang secara manual menggunakan peralatan sederhana seperti pipa
paralon, bambu, dan linggis. Jika ketemu lapisan batu penggalian dialihkan ke
titik lain. Jika tanah terlalu keras dasar lubang diairi secukupnya dan
penggalian diteruskan setelah air meresap. Sebenarnya IPB menyediakan alat bor
tapi pada saat itu saya belum berpikir untuk berinvestasi. Setelah lima hari,
jadilah sebanyak 34 lubang silinder dan empat lubang memanjang. Meskipun angka
ini sebenarnya terlalu banyak, tapi saya tidak menyesalinya.
Penggalian
lubang dilakukan pertengahan Februari ketika Bogor sedang mengalami puncak
musim hujan. Waktu yang lebih baik tentu saja ketika hujan tidak sedang turun.
Saya memilih loster sebagai penutup lubang. Loster biasanya digunakan sebagai
lubang angin yang dipasang di dinding WC atau dinding rumah yang menghadap
keluar. Satu buah loster dipotong untuk dua lubang. Untuk memperkuat kedudukan
loster sekeliling mulut lubung disemen sehingga cukup kokoh jika kita berjalan
di atasnya. Dengan ditutupnya lubang kaki tidak akan kejeblos, apalagi anak
saya masih kecil-kecil dan senang bermain-main di halaman.
b.
Tahap pengisian
Sekarang
waktunya membuang sampah, maksudnya mengisi lubang biopori. Tapi sebelum
dimasukkan pilahlah terlebih dahulu sampah organik dan sampah non-organik.
Karena melalui fermentasi sampah organik dengan bantuan aktivator EM4 dapat
menghasilkan pupuk biokasi. Agar tidak bingung dalam memilah sampah, maka
sediakan dua tempat sampah, sebut saja S (sampah) dan B (biopori), yang
masing-masing diberi kantong plastik. Pada prinsipnya semua bahan dari makhluk
hidup masuk dalam kategori organik. Namun untuk mengisi tempat sampah B hanya
untuk bahan-bahan yang lebih mudah terurai seperti sisa sayur dan potongan
tempe/daging/ikan yang tidak terpakai. Juga sisa makanan yang tidak habis
dimakan, sisa makanan lain seperti roti dan cemilan, ampas kopi, dan kantung
teh celup, masuk ke B.
Tulang ayam
dan tulang sapi, bonggol jagung, serta kulit telur walaupun masuk kategori
organik, dimasukkan ke tempat sampah S. Di tempat sampah ini bergabung kertas,
besi, plastik, kayu, kain, dan benda-benda lain yang tidak mungkin atau sulit
terurai. Kantong plastik juga disatukan ke tempat sampah S yang selanjutnya di
tempatkan di bak sampah luar rumah.
Sesekali
waktu, bila ada sampah yang berasal
tumbuhan, misalnya setelah merapikan tanaman dengan memotong daun, bunga
yang mulai layu, sulur yang kepanjangan, atau memotong rumput dan ranting pohon
seperlunya. Sampah yang dihasilkan dari proses ini langsung dimasukkan ke
lubang-lubang terdekat. Agar merapat ke dasar, bumbungan sampah hijau ini didorong
dengan tongkat.
2.
Cara Pembuatan Lubang Biopori
Resapan Air ada empat tahap yaitu:
a.
Membuat lubang silindris di
tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang
50-100 cm.
b.
Mulut lubang dapat dikuatkan
dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 sentimeter serta diberikan pengaman
agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok.
c.
Lubang diisi dengan sampah
organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan dapur non
kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan
di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.
d.
Jumlah lubang biopori yang ada
sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air, dan wilayah
yang tidak meresap air dengan rumus =
intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang
kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam).
Sumber
informasi:Organisasi.Org
Komunitas & Perpustakaan Online
Indonesia.com.
3. Jika
menurut TIM Biopori dari IPB(2007), menyeburkan cara pembuatan biopori sangat
mudah sekali untuk diterapkan di lingkungan sekitar. Pembuatan biopori ada lima
tahap, yaitu:
a.
Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan
diamter 10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai melampaui muka
air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antar lubang antara 50 - 100 cm.
b.
Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm
dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
c. Isi lubang dengan sampah organik
yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
d. Sampah organik perlu selalu
ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah berkurang dan menyusut akibat
proses pelapukan.
e. Kompos yang terbentuk dalam lubang
dapat diambil pada setiap akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan
lubang resapan.
4.
Cara pemuatan biopori menurut
Salman (2009) bisa dilakukan dilorong samping rumah. Ini tentu sangat
menguntungkan sekali bagi para warga yang tidak mempunyai lahan luas untuk
biopori. Dalam hal ini Salman, menjelaskan cara pembuatan biopori yang
dilakukan di lorong samping rumahnya beserta gambarnya. Langkah-langkah
pembuatannya adalah
a.
Persiapan bahan-bahan yang
diperlukan.
-
Paralaon
-
Kasa nyamuk
-
Biopori
b. Cara
pembuatan
-
Lokasi lubang pertama,
dipilihlah halaman belakang yang tanahnya hanya berukuran 140 x 40 cm, tapi
menjadi tempat lewat air hujan dan pancuran air tempat mencuci
macam-macam. Cukup untuk menjadi 2 buah lubang dengan jarak 100
cm.
-
Persiapan awal, batu-batu gosok yang menutupi tanah
dikumpulkan dan dibersihkan dulu, supaya tidak ikut jatuh ke
lubang.
-
Mata bor memudahkan penggalian dan pengangkatan tanah
galian, dan mencetak lubang berdiameter 10cm. Dengan bor khusus ini, kita bisa
dengan mudah membuat lubang dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm.
-
Untuk menggali, putar
bor searah jarum jam, jangan dibalik. Demikian pula pada saat mengangkat
tanah galian, tetap searah jarum jam hanya sedikit demi sedikit diangkat ke atas.
-
Hasil galian pertama
Tampungan tanah liat
- Menggali lubang kedua
yang berjarak 100 cm dari lubang pertama
-
Selanjutnya memotong
paralon sepanjang 20 cm, untuk dijadikan penahan dinding lubang supaya tanah di
atasnya tidak mudah jatuh/turun.
-
Kedalaman dinding
paralon tidak usah terlalu dalam, karena fungsinya hanya untuk menahan tanah
jatuh
-
Lubang biopori kan
kadang-kadang harus dibuka untuk diisi limbah, dan supaya baunya tidak
menyeruak ke atas, juga harus ditutup dan ditimbuni batu sedikit.
-
Syarat lain
adalah air di atasnya harus tetap bisa mengalir masuk.
-
Biopori sudah selesai.
Seperti bukan lubang peresapan
6. Cara pembuatan bopori menurut Oasezam
weblog.htm (2009) hampir sama dengan konsep Salman (2009), yang membedakan
hanyalah dalam segi metode peralatannya saja. Kalau Oaezam menggunakan metode
yang modern, tapi Salman menggunakan metode yang sederhana. Berikut ini adalah
cara pembuatan menurt oaezam adalah
a.
Buatlah lubang sedalam 80 – 100 cm dengan
diameter 10 – 30 cm.
b.
Masukkan daun daunan kering ke dalam lubang
c.
Tutuplah dengan Loster
2.5
JUMLAH BIOPORI
YANG DISARANKAN
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:
Laju Peresapan Air per Lubang
(liter/jam)
Sebagai
contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan
laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2
bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
Bila
lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm, maka setiap
lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa setiap
lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan demikian 28
lubang baru dapat dipenuhi dengan sampah organik yang dihasilkan selama 56 - 84
hari. Dalam selang waktu tersebut lubang yang pertama diisi sudah
terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut. Dengan
demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah organik baru
dan begitu seterusnya.
2.6
BIAYA YANG DIKELUARKAN
Jhon herf(2008)Pembuatan LRB dipermudah dengan alat
bor tanah. Desainnya disesuaikan untuk kegunaan peresapan air yang memakai
pendekatan Biopori. Alat bor LRB juga diperlukan untuk mempermudah pemanenan
kompos yang terbentuk bersamaan dengan pemeliharaan LRB.
Bila satu lubang LRB dapat dibuat dalam waktu
sepuluh menit, tiap rumah tangga perlu membuat 30 LRB. Itu artinya pekerjaan
selesai dalam waktu 300 menit (lima jam). Jadi, perlu sehari per orang kerja
(Rp 35 000,-).
Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor LRB
dengan harga bor Rp175.000,00 –Rp200.000,00), maka diperlukan biaya (Rp205
000,00 – Rp235 000,00). Biaya itu dapat berkurang bila satu bor tanah dimiliki
bersama oleh beberapa orang.
2.7 PEMELIHARAAN
BIOPORI
Agar
biopori yang telah kita buat bisa bertahan lama, maka ada beberapa yang harus
anda lakukan untuk memelihara kondisi biopori, diantaranya adalah:
1.
Lubang Resapan Biopori
harus selalu terisi sampah organik
2.
Sampah organik dapur
bisa diambil sebagai kompos setelah dua minggu, sementara sampah kebun setelah dua bulan. Lama
pembuatan kompos juga tergantung jenis tanah
tempat pembuatan LRB, tanah lempung agak lebih lama proses kehancurannya. Pengambilan dilakukan
dengan alat bor LRB.
3. Bila
tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah, LRB harus tetap dipantau
supaya terisi sampah organik.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Lubang
Resapan Biopori (LRB) secara umum adalah lubang-lubang di dalam tanah yang
terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing,
perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang
terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam
tanah. LBR ini merupakan salah satu upaya strategis untuk meminimalisir
terjadinya bencana banjir. Salah satu penyebab bencana banjir adalah karena
kurangnya lahan untuk peresapan air, bila air hujan turun secara berlebihan
maka air tersebut tidak bisa menyerap ke dalam tanah seluruhnya. Untuk
menghindari hal itu, maka perlu kebijakan terbaru untuk menerepkan pengembangan
biopori di lingkungan. Dalam aspek penerapan biopori tidaklah terlalu
menghabiskan biaya yang terlalu banyak dan cara pembuatannya pun cukup
sederhana. Cukup membuat beberapa lubang di sekitar lingkungan, kemudian lubang
tersebut dapat diisi dengan sampah organik. Tapi dalam memasukkan sambah
organik jangan terlalu rapat, beri celah-celah udara agar organisme tanah bisa
mencerna sampah tersebut. Baru setelah itu tutup lubang biopori. Bila dilihat
dari segi manfaatnya, biopori memiliki banyak keuntungan, yaitu bisa mencegah
banjir, menyuburkan tanah, menghasilkan pupuk kompos, dan sebagainya. Oleh
karena itu, masyarakat dihimbau untuk segara menerapkan biopori di lingkungan
masing-masing. Jika sebagian besar masyarakat telah banyak yang menerapkan
biopori, maka kita tidak perlu khawatir lagi pada musim penghujan.
3.2
SARAN
Makalah
ini membahas seluruh aspek dari biopori, yaitu definisi, manfaat, lokasi
pembuatan, cara pembuatan, jumlah yang disarankan, biaya pembuatan, dan
pemiliharaannya. Dan makalah ini sangat cocok untuk seluruh masyarakat yang
ingin menerapkan lubang resapan biopori (LRB). Tapi tidak menutup kemungkinan,
yang hanya sekedar ingin tahu lebih jelas tentang biopori juga sangat
dianjurkan untuk membaca makalah ini. Karena dengan membaca, kita akan
mendapatkan wawasan. Dan wawasan tersebut, dapat kita sampaikan kepada
teman-teman yang belum mengetahui tentang biopori dan juga sekaligus sebagai
upaya untuk mensukseskan penerapan biopori di Indonesia ini. Karena akhir-akhir
ini banyak terjadi banjir yang menggenangi kota-kota di Indonesia, khususnya di
kota-kota yang lahannya kritis.
DAFTAR
PUSTAKA
Prana,
Y. 2009. Lubang Resapan Biopori.
(Online). (http://Yayasan-Prana-Nasional-Indonesia.wordpress.com,
diakses 31 Desember 2009).
Salman.
2008. Biopori Pertama di Rumah.
(Online). (http://Perempuan-Banget!.wordpress.com,
diakses 31 Desember 2009).
Herf,
Jhon. 2008. Biopori sebagai Peresapan Air
yang Mengatasi Banjir dan Sampah. (Online). (http://jhonherf.wordpress.com,
diakses 31 Desember 2009).
Griya.
2008. Mengenal dan Memanfaatkan Lubang
Biopori. (Online). (http://kumpulaninfo.com,
diakses 31 Desember 2009).
Yusuf,
Muhammad. 2009. Solusi Banjir dengan
Membuat Biopori. (Online). (http://OaseZam-WeBloG.com,
diakses 31 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat
Guna Ramah Lingkungan-Alat dan Pemesanan Alat. (Online). (http://biopori.com,
diakses 31 Desember 2009).
Anonim.
2007. Mencegah banjir Lewat Lubang Serapan Biopori. Suara Merdeka, (Online), (http://Nules-Nules.wordpress.com,
diakses 31 Desember 2009).
R,
Kamir Brata. 2009. Lubang Resapan Biopori untuk Mitigasi Banjir, Kekeringan dan
Perbaikan. Prosiding Seminar Lubang
Biopori (LBR) dapat Mengurangi Bahaya banjir di Gedung BPPT 2009. Jakarta.
Anonim.
2008. Pengertian Biopori dan Cara Membuat Lubang Resapan Biopori Air (LRB) pada
Lingkungan Sekitar Kita. (Online). (http://organisasi.org.com,
diakses 29 Desember 2009).
Anonim.
2008. Biopori. (Online). (http://wikipedia-bahasa-Indonesia-ensiklopedia-bebas.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Pengantar.
(Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
San.
2008. Biopori di Halaman Rumah. (Online). (http://titik-mol.wordpress.com,
diakses 29 Desember 2009).
Anonim.
2009. Jakarta Butuh 76 Juta Lubang Biopori. Republika,
(Online), (http://diglib-AMPL.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Jumlah LRB yang
disarankan. (Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Keunggulan dan
Manfaat. (Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Lokasi Pembuatan.
(Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Peringati hari
Bumi, Bogor buat 5250 Biopori. (Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Cara Pembuatan.
(Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Jumlah LRB yang
disarankan. (Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori,
TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Lubang Resapan
Biopori (LBR). (Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Tirza,
Pratama. 2009. Ada yang Baru. Plasa Teen, 20 Maret, hlm. 6-7.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar